Usia Baru, Hobi Baru, Kegiatan Baru

Foto yang diambil di Museum Fatahillah, Jakarta, 27 Desember 2016


Pada tanggal 8 Januari lalu saya memperingati hari kelahiran saya yang ke-22. Anda bisa tebak sendiri di tahun berapa saya lahir meskipun muka saya terlihat "boros". Yah, biarpun tidak ada acara makan-makan bersama apalagi serah-terima hadiah yang tepenting harus tetap disyukuri, karena apa yang diberikan Allah Swt pada saya jauh lebih berharga. Pengalaman dari perjalanan hidup mengajarkan banyak hal yang sangat mahal bagi saya pribadi.

Di usia baru ini juga saya semakin yakin untuk melangkah ke depan dengan berbagai bakat yang saya dapatkan dari Allah. Menggeluti dunia sejarah, budaya, dan literasi kini menjadi bagian kehidupan baru saya. Rasanya seperti air yang mengalir begitu saja. Tapi itulah kuasa Allah. Apa yang Allah anugerahkan sekaligus amanahkan terjadi dengan cepat. Dibandingkan tahun lalu yang masih "coba-coba" di dunia literasi, alhamdulillah saya bisa sedikit demi sedikit mengasah kemampuan saya. Setiap ada waktu senggang, saya coba buat puisi atau iseng meneruskan cerita fiksi yang sempat terbengkalai. Dari sana, saya bisa bertemu dengan rekan-rekan OSPEK Indonesia. Bertemu dan berkumpul bersama para penggiat literasi lainnya. Suasana yang bersahabat membuat saya tertarik untuk bergabung. Ke depannya, saya akan menuliskan karya-karya saya di blog yang sederhana ini.



Kang Sutisna (kiri) dan Pak Nicky Muharam (kanan) adalah rekan saya sesama
pengurus grup Sajarah Sunda. Khususnya Pak Nicky yang datang langsung
dari Bandung ke Jakarta ditemani dua orang temannya, adalah orang yang luar biasa.

Saya sedang menjadi guide dadakan untuk rekan-rekan pengurus Sajarah Sunda.

Yang di belakang saya juga salah satu pengurus Sajarah Sunda, spesialisasi aksara.
Namanya Hayati Mayang Arum.

Menyempatkan diri untuk jajan sore di Kota Tua Jakarta.
Bersama Kang Sutisna (tengah) dan Kang Indra (kanan).


Dan pertemuan saya dengan Kang Sutisna di pertengahan tahun 2016 lalu juga membawa angin perubahan baru bagi saya. Ajakannya untuk bersama rekan-rekan lainnya mendirikan grup Sajarah Sunda saya penuhi. Berawal dari grup Whats App dan Facebook, bersama-sama kami mengembangkan Sajarah Sunda untuk berkontribusi di dunia nyata. Pada tanggal 27 Desember 2016 lalu kami bertemu di Kota Tua Jakarta. Pada pertemuan yang dibatasi hanya untuk para pengurusnya, meskipun beberapa ada yang tidak dapat hadir karena jauhnya lokasi dan jadwal kegiatan, kami mendiskusikan berbagai rancangan yang akan dilakukan ke depan. Banyak hal yang ingin kami majukan tentang dunia Sunda dan berbagai bidang ilmu lainnya.

Apakah saya puas sampai di sini? Saya tidak tahu apakah saya akan merambah ke bidang lain atau cukup di sini saja. Yang jelas saya sangat bersyukur atas apa yang telah Allah berikan pada saya. Dengan ridho-Nya pula, saya ingin menggunakan pemberian-Nya untuk kemaslahatan. Aaamiin.

Komentar

  1. Wah pencita sejarah jadinnya, saya juga lagi bikin dokumenter desa saya dengan datang kenarasumber yang masih hidup dan mencari sisa sia dari perjuangan jaman pahlawan. Semangat!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Insan Permuseuman Ingin "Mengeluh" Tentang Program MBG (Makan Bergizi Gratis)

Tonggak Sejarah Nusantara dari Pedalaman Mahakam

Tentang Fajar