Buku "Perang Konvoi Cianjur-Sukabumi 1945-1946"
Pada tanggal 27 Januari lalu, saya menyempatkan
diri untuk kembali mengunjungi toko buku Gramedia. Pilihan saya jatuh pada
Gramedia World Emerald Bintaro yang dekat dari lokasi saya di Pamulang,
Tangerang Selatan. Toko buku ini berdiri sendiri dengan gedung sendiri pula.
Kedatangan saya bertepatan dengan obral buku murah (buku tertentu) mulai dari
Rp5.000,00 s/d Rp30.000,00. Setelah menarik dua buku pilihan dari obral
bukunya, dengan eskalator saya beranjak langsung menuju lantai tiga di mana
deretan buku bertema sosial berada. Secara tidak sengaja kedua mata saya
tertuju pada satu buku yang menarik.
Judul buku tersebut adalah "Perang Konvoi
Sukabumi-Cianjur 1945-1946". Rupanya buku ini mengangkat tentang
pertempuran-pertempuran yang terjadi di sepanjang jalur yang dilewati pasukan
Sekutu di Jawa Barat dengan rute Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung. Alhasil saya
sangat tertarik dan ikut membawa pulang (tentunya setelah membayar di kasir).
Buku-buku tentang perang pasca proklamasi memang menarik untuk dibaca, salah
satunya buku ini. Meskipun bisa saja ada banyak lagi kisah-kisah tentangnya
yang belum dibukukan, setidaknya buku ini dapat memberikan gambaran bagaimana
terjadinya "Perang Konvoi" tersebut.
Sebagai 'sinopsis', saya akan meng-copy tulisan
yang ada di bagian belakang buku tersebut:
Perang Konvoi yang berlangsung di front Jawa
Barat, beberapa bulan setelah proklamasi, hanyalah satu dari peristiwa penting
sejarah yang belum sepenuhnya terdokumentasi. Allied Forces Netherlands East
Indies (AFNEI) yang dipimpin oleh Letnan Jendral Sir Phillip Christison
(Inggris) sebagai perwakilan Sekutu, memasuki Indonesia untuk menjalankan misi
Internasional melucuti serta memulangkan balatentara Jepang, dan mengirimkan
perbekalan serta memulangkan tawanan perang dan interniran atau Allied
Prisoners of War and Internees (APWI). Misi yang seharusnya berjalan damai,
sayangnya berubah menjadi medan perang baru bagi tentara Inggris. Perkembangan
yang mencemaskan ini tidak terlepas dari peran Belanda yang mendompleng masuk di
belakang Sekutu.
Perang Konvoi yang terjadi di sepanjang jalan
antara Bogor-Cianjur-Sukabumi-Bandung berlangsung dalam dua periode. Perang
pertama terjadi pada 9-12 Desember 1945 dan berpusat di Bojong Kokosan. TKR
bersama barisan laskar berhasil memukul konvoi Sekutu meski dengan peralatan
seadanya. Perang kedua terjadi pada 10-14 Maret 1946 dan puncaknya terjadi saat
pengepungan terhadap tiga battalion Inggris di tengah kota Sukabumi.
Aksi TRI bersama barisan laskar menjadi mimpi
buruk bagi tentara Inggris. Bahkan para tentara Gurkha dari Nepal dan Batalion
Jats dan Patiala dari India yang sudah sangat terkenal sebagai mesin perang
yang menakutkan dibuat tidak berdaya menghadapi gempuran pejuang Republik.
Kekalahan ini meyakinkan Inggris dan Sekutu akan
keberadaan TRI sebagai kesatuan tentara regular di bawah negara yang berdaulat.
Peristiwa ini juga bersamaan dengan perang 'Bandung Lautan Api', memaksa Sekutu
kembali memasuki meja perundingan dan akhirnya bersedia melibatkan pihak
Indonesia dalam misi APWI. Lewat meja perundingan di Yogyakarta tanggal 2 April
1946, yang disebut "Djogjakarta Agreement", kemudian dibentuk suatu badan
pelaksanaan yang dinamai POPDA (Panitia Oeroesan Pengangkoetan Djepang dan
APWI), terdiri dari tenaga sejumlah instansi pemerintah yang terkait, dengan
berintikan TRI untuk membantu misi Sekutu.
Perang Konvoi adalah sebuah catatan prestasi
penting bagi TRI, khususnya Resimen Sukabumi bersama barisan Hizbullah,
Sabilillah, Pesindo, Banteng, Pemuda Proletar, KRIS, PRD, Laskar Merah dan
laskar lainnya di bawah koordinasi komando Letkol Eddie Soekardi. Kemenangan
ini menjadi bagian dari sejarah keberhasilan TKR/TRI sebagai tentara professional
Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di
kancah Internasional.
Keterangan
Judul: PERANG KONVOI SUKABUMI-CIANJUR 1945-1946; The
Heaviest Airstrike in Java War (The Fighting Cock, Col. Douhlton, 1951)
Penyusun: Drs. Yoseph Iskandar, Drs. Dedi
Kusnadi, Drs. Jajang Suryani
Jumlah halaman: xvi + 202 hal
Cetakan: Cetakan I, 2016
Penerbit: Matapadi Presindo
Wah baca postingan ini bikin Saya ingat sejarah dan ternyata betapa Kaya nya Indonesia dan itu yang sedari dulu diincar asing .
BalasHapus