KNIL; Perang Kolonial di Nusantara Dalam Catatan Prancis

Cover depan buku "KNIL; Perang Kolonial di Nusantara Dalam Catatan Prancis" dalam koleksi pribadi saya

Sebagai bekas wilayah jajahan Hindia Belanda, sesungguhnya Indonesia disatukan oleh ekspansi dan operasi militer kolonial Belanda. Sejak awal, kekuatan militer yang menjadi tulang punggung penaklukan dan penyatuan wilayah Hindia Belanda, yang kini menjadi Indonesia, adalah tentara Eropa dari berbagai kebangsaan. Tetapi, jangan dilupakan, meski menjadi kawula jajahan, para prajurit Nusantaralah yang kemudian menjadi kekuatan pemersatu.


Dengan hadirnya VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia yang dilengkapi dengan kekuatan bersenjata, orang-orang Belanda dan berbagai negara Eropa lainnya hidup di kepulauan yang kaya akan rempah-rempah dan hasil alam lainnya ini. Mereka membumihanguskan Jayakarta lalu membangun Batavia sebagai gantinya, yang kemudian menjadi ibukota dan pusat pemerintahan Indonesia. Selama itu pula banyak orang Eropa tertarik untuk mempelajari apa saja yang ada di dalam negeri yang dulunya menjadi jajahan Belanda. Berbagai kajian, catatan, memoar mewarnai banyak persepsi mereka tentang Hindia Belanda dan bahkan hingga hari ini.

Bagian dalam bukunya, dilengkapi dengan pembatas bacaan

Namun bukan perkara mudah hidup di tanah yang jauh dari tempat asal. Penyakit tropis mematikan, keterbatasan pengetahuan medis terhadap wabah yang ada, perang berdarah-darah dan permusuhan sengit dari kekuatan-kekuatan lokal menghiasi perjalanan Hindia Belanda sebagai wilayah koloni Belanda dan rumah kedua bagi setiap orang Eropa di masa itu. Semua cerita indah tentang alam Nusantara dan kekayaannya, sejatinya merupakan satu sisi di samping sisi lainnya yang menguak berbagai pertempuran dan permusuhan antara kekuatan lokal dengan kekuatan pendatang dari Eropa.

Setelah Perang Diponegoro usai (1825-1830) pemerintah kolonial Belanda menyadari pentingnya kekuatan militer teritorial yang mampu mengamankan Hindia Belanda dari berbagai pergolakan dan pemberontakan di dalamnya. Tradisi tentara bayaran yang didatangkan dari berbagai penjuru Eropa sejak masa berdirinya VOC terus dilestarikan dalam bentuk baru, Oostindiche Leger atau yang lebih populer dengan nama Koninklijke Nederlands-Indische Leger. Agen-agen perekrutan pun menyebar ke berbagai negara seperti Belgia, Prancis, Swiss dan lain-lain untuk menemukan para pemuda yang bersedia menerima uang muka dinas sebesar 200-300 gulden selama 4-6 tahun di Hindia Belanda.

Bagian belakang buku dengan sekelumit tentang isi di dalamnya

Buku ini adalah salah satu buku yang menawarkan sudut pandang berbeda tentang perang kolonial yang terjadi di Kepulauan Nusantara. Jean Rocher yang merupakan mantan personil militer Prancis dan kini konsultan internasional untuk masalah keamanan, selama karier kemiliterannya yang berinteraksi dengan Indonesia membuat pria kelahiran Bois-Colomber (Prancis) ini tertarik untuk menggali sejarah yang berhubungan antara Indonesia dengan Prancis. Bersama Iwan Santosa yang bergelut di bidang militer-pertahanan-intelijen dan advokasi HAM sekaligus salah satu narasumber di bidang sejarah dan masalah Tionghoa di Indonesia, mereka berdua mengumpulkan serangkaian kesaksian dan catatan serdadu dan perwira berbahasa Prancis yang berkaitan dengan perang kolonial di Nusantara. Bukti-bukti tertulis itulah yang juga menunjukkan sejarah dan evolusi KNIL sebagai cikal bakal organisasi ala legiun asing yang tidak banyak diketahui orang dari sisi berbeda.

Judul: KNIL; Perang Kolonial di Nusantara Dalam Catatan Prancis
Penyusun: Jean Rocher, Iwan Santosa
Jumlah halaman: vi + 234 hal
Cetakan: Cetakan I, 2016
Penerbit: Penerbit Buku Kompas, PT Kompas Media Nusantara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Insan Permuseuman Ingin "Mengeluh" Tentang Program MBG (Makan Bergizi Gratis)

Tonggak Sejarah Nusantara dari Pedalaman Mahakam

Tentang Fajar