Museum Dalam Harapan, Keinginan dan Gagasan Saya
Oleh: Fajar Muhammad Rivai (Finalis Duta Museum DKI Jakarta 2019)
Menurut saya, museum adalah lembaga sekaligus tempat yang memiliki fungsi tidak hanya untuk menyelamatkan dan mengoleksi segala bentuk rekam jejak, tinggalan seni dan budaya serta teknologi yang dicapai oleh peradaban manusia dari masa ke masa saja. Tetapi juga menyimpan, merawat dan memublikasikannya agar tidak hilang apalagi terlupakan di tengah perkembangan zaman yang semakin modern.
Saya menginginkan agar museum bisa menjadi salah satu ujung tombak pemajuan kebudayaan di Indonesia. Ada banyak sekali warisan budaya dari para pendahulu kita yang menarik untuk digali latar belakang dan bagaimana ia bisa terbentuk atau terwujud hingga sampai di sebuah museum menjadi koleksi, infografis ataupun diorama yang dapat disaksikan oleh banyak orang. Tidak hanya sebagai bentuk upaya pemajuan kebudayaan saja, saya juga menginginkan museum sebagai media pembelajaran sejarah. Di mana setelah saya amati, ternyata masih menyimpan beberapa fun fact lain yang juga belum diketahui banyak orang. Salah satunya ada di Museum Satria Mandala dengan koleksi berupa salah satu panser rel yang dimodifikasi, yang sebenarnya adalah Overvalwagen tipe B rancangan Kapten Insinyur Luyke Roscott di tahun 1940 yang digunakan untuk kepentingan militer di Hindia Belanda.
Pengunjung di Museum Sejarah Jakarta dalam kegiatan "Bougainville Kids City Tour 2019"
Membicarakan tentang gagasan, saya pernah menerapkan adanya storytelling yang tidak membosankan dengan mengajak pengunjung untuk aktif entah melalui dialog kecil atau tanya jawab di sela-sela kunjungan. Sebagai Duta Museum DKI Jakarta tentunya kita dituntut untuk mengetahui beberapa hal menarik dari setiap koleksi yang kita perkenalkan kepada para pengunjung museum. Hal ini amat penting sebagai upaya memperkaya narasi yang akan kita sampaikan nantinya. Mereka tentunya berminat untuk menyimak karena sebenarnya rasa penasaran mereka akan cerita di balik itu sangat besar seperti yang sudah saya lihat ketika menjadi pemandu sementara di Museum Basoeki Abdullah, di mana para pengunjung yang saya hadapi kebanyakan anak-anak sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Penggunaan teknologi interaktif yang menggelitik dan memukau tanpa harus mengubah sisi orisinilitas museum dapat diterapkan secara permanen sebagaimana yang kita saksikan di Museum Bank Indonesia, salah satunya. Teknologi tersebut memberikan pengalaman berinteraksi yang sangat diminati oleh anak-anak muda di era kekinian seperti sekarang ini.
Harapan saya, agar ke depannya setiap ide kecil dan besar yang memengaruhi kontribusi kita pada permuseuman dapat dikembangkan sesuai situasi yang ada. Dan juga, di tengah pandemi Covid-19 ini kegiatan daring maupun luring secara terbatas museum dapat tetap dipertahankan sesuai kebutuhan sebagai bentuk dan langkah nyata memajukan permuseuman secara khusus di ibukota Jakarta ini. Di samping itu kerjasama dan sinergi antara museum dengan komunitas-komunitas yang bergerak di bidang seni, budaya dan sejarah dapat terus dipertahankan karena mereka inilah salah satu pihak yang senantiasa mendukung dan memiliki andil untuk menghidupkan cinta ada tanah air melalui kegiatan yang mereka adakan di museum. Terakhir, hubungan saling menguntungkan antara museum dan para pelaku ekonomi di sekitar, seperti yang saya lihat di Museum Basoeki Abdullah (di mana para pedagang batagor dan semacamnya diikutsertakan sebagai penyedia konsumsi di acara pembukaan pameran dan sebagainya) menjadi salah satu harmonisasi yang patut kita langgengkan.
Demikian pengertian tentang museum serta gagasan, harapan dan keinginan yang dapat saya sampaikan melalui tulisan sederhana ini. Terima kasih.
Tulisan ini dibuat dalam rangka pemenuhan tugas pembekalan Duta Museum DKI Jakarta minggu kedua di hari Sabtu (8/8/2020) berjudul “Peran Substansial Museum dan Strategi Kebudayaan” dengan pemateri Punto Agrari, SS.
Komentar
Posting Komentar