"Penobatan Prabu Siliwangi" Dalam Torehan Seni Lukis di Galeri Bumi Parawira
Sebagai wujud kolaborasi antara seniman, pelaku kreatif sekaligus pegiat sejarah di Kota Bogor dalam upaya pendokumentasian peristiwa-peristiwa historis di kota ini lewat koleksi kesenian yang inspiratif, Galeri Bumi Parawira terus berupaya melakukan sosialisasi baik kepada warga asli Kota Bogor maupun dari luar. Hal ini tentunya untuk mewujudkan Kota Bogor yang tidak lupa akan akar budaya dan sejarahnya dengan setiap pencapaian hingga hari ini.
Kota ini telah berdiri sejak
ratusan tahun lalu dan mengalami berbagai perubahan, peristiwa serta menyimpan
memori yang harus dilestarikan. Adapun nama galeri ini memiliki arti “Rumah
Para Pemimpin yang Berani dan Berjasa”. Meski dalam deskripsinya menyajikan
sejarah dan kisah para pemimpin berani dan berkedudukan di Kota Bogor sejak
masa Kerajaan Pajajaran hingga kini, Galeri bumi Parawira memiliki nilai dan
kedudukan yang lebih dari sekadar hal tersebut. Sejalan dengan kalimat yang
saya kutip di awal pada caption di
akses masuk Galeri Bumi Parawira, saya secara pribadi menyebut bahwa galeri ini
adalah bagian dari reperesentasi dari perjalanan dan perkembangan Kota Bogor.
Kemarin, saya dan teman saya berkesempatan
menghadiri acara bedah karya salah satu koleksi yang dipamerkan dalam Galeri
Bumi Parawira. Sekadar informasi, galeri ini berlokasi di Perpustakaan Kota
Bogor, tepatnya di lantai tiga. Acara ini sangat menarik karena koleksi yang
dibedah adalah sebuah lukisan mengenai pengobatan salah seorang raja terkemuka
dalam Tatar Sunda bahkan dianggap sebagai sosok raja yang besar. Beliau adalah
Sang Prabu Jayadewata yang juga bergelar Prabuguru Dewataprana, yang lebih
populer dengan nama Prabu Siliwangi. Meski lukisan ini belum lama dibuat,
koleksi Galeri Bumi Parawira ini seperti menawarkan hal yang baru dan menarik,
mengingat bagaimana prosesi penobatan seorang raja Sunda dalam karya seni
tidaklah banyak.
Kegiatan diawali dengan tur
bersama audiens, menjalajahi ruangan dan tata pamer dalam Galeri Bumi Parawira.
Peserta bedah karya diperkenalkan dengan beberapa karya seni lukis dan replika
artefak/ benda cagar budaya mengenai Kerajaan Pajajaran hingga sejarah
perjalanan Kota Bogor dari masa ke masa beserta pencapaian dan kontribusi para
pemimpinnya. Secara keseluruhan saya sangat menyukai tata pamer di galeri ini,
tentunya jika terus dikembangkan dan diperbarui akan menjadi tempat yang sangat
ikonik.
Setelah tur, peserta memasuki
auditorium di lantai dua untuk mengikuti sesi bedah karya bersama Gunawan, Agus
Nur dan Sobirin selaku tim pelukis dengan MRCandiaz sebagai tim riset ,
dimoderatori oleh Eko Hadi. Dalam sesi ini dijelaskan bahwa untuk membuat
lukisan penobatan Prabu Siliwangi tersebut, ada berbagai interpretasi dan riset
yang dilakukan bahkan jauh hingga ke Situs Kawali di Ciamis, Jawa Barat.
Pemilihan situs ini dilakukan karena di sana dilakukan prosesi penobatan
pertama Prabu Siliwangi sebagai penguasa Kerajaan Galuh, sebelum kemudian
berpindah ke Pakuan untuk melakukan penobatan yang kedua. Kedua peristiwa ini
mengukuhkan Prabu Jayadewata atau Prabu Siliwangi sebagai pemersatu Tatar Sunda
dalam bingkai Kerajaan Pajajaran. Tidak hanya riset, sebagai langkah awal para
pelukisnya menciptakan rancangan sketsa dan pembagian kerja bersama yang dapat
dirampungkan selama satu bulan dengan segala lika-likunya yang dibagikan
sebagai cerita menarik. Proses pengerjaan diawasi dan dinilai langsung oleh
Bima Arya selaku walikota Kota Bogor.
Jika kita perhatikan, lokasi
penobatan ini memiliki latar belakang lembah dan Gunung Salak di kejauhan,
Prabu Siliwangi duduk di atas batu khusus yang disediakan untuk penobatan. Beliau
dikelilingi oleh pemuka agama yang berperan memakaikan mahkota Binokasih,
mencipratkan air suci dan membunyikan lonceng kecil. Tampak juga seorang abdi
yang memegang wadah yang tampaknya sebelumnya dijadikan tempat pengantar
mahkota Binokasih, representasi dari kelima Pandawa, para raja dari
kerajaan-kerajaan vasal yang dinaungi oleh Kerajaan Pajajaran, serta perwakilan
dari para rama atau pemimpin kampung/desa yang terpilih. Berdasarkan riset dan
penentuan arah yang serupa dengan yang di Situs Kawali, besar kemungkinan
lokasi tersebut ada di kawasan Batutulis yang berada di bagian selatan Kota
Bogor. Di tempat ini juga terdapat Prasasti Batutulis yang dibuat oleh penerus
beliau, pangeran yang kemudian menjadi Prabu Surawisesa. Dilihat dari sorotan
cahaya matahari yang tampak dalam lukisan, penobatan tersebut jika menggunakan
penunjukan waktu modern berada di antara pukul 9 atau 10 pagi.
Meski terkendala dengan minimnya
sumber dalam sejarah Tatar Sunda, hasil interpretasi dan riset yang mewujud
dalam lukisan tersebut benar-benar karya seni yang epik dan indah. Lukisan ini
seakan mengajak kita untuk menghayati dan merasakan bagaimana khidmatnya
prosesi penobatan seorang raja besar yang namanya sampai hari ini tetap diingat
dan disanjung karena bakti dan kebesarannya dalam membangun kejayaan Tatar
Sunda. Sosok Sang Prabu Siliwangi dalam lukisan ini ditampilkan sebagai figur
yang penuh kedamaian, ketenangan dan memiliki kepercayaan diri yang besar untuk
mengemban amanah sebagai seorang penguasa.
Setelah sesi bedah karya ini,
Galeri Bumi Parawira juga mengupayakan agar ada acara serupa dengan karya seni
lain. Tujuannya tentu tidak hanya menjadi edukasi, tetapi juga pencerahan
kepada insan Kota Bogor maupun luar Kota Bogor. Saya pun berdoa dan berharap agar
tetap dapat memiliki kesempatan untuk turut hadir dan menuliskan apa yang saya
simak.
TAMBAHAN
Mengenai latar belakang penobatan
Prabu Siliwangi ini salah satunya saya jumpai dalam “Sejarah Jawa Barat:
Penelusuran Masa Silam” yang disusun oleh Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar
dan Enoch Atmadibrata. Di dalamnya tercantum mengenai pertentangan antara Prabu
Susuktunggal dari Sunda dan Prabu Dewa Niskala dari Galuh, berkaitan dengan
terjadinya pelanggaran terhadap purbatisti
keraton. Adapun inti masalah pertentangan tersebut dapat disimak melalui gambar
di bawah berikut, yang saya abadikan melalui tangkapan kamera. Mohon kebijaksanaan pembaca dalam memahaminya.
Komentar
Posting Komentar