Suksesnya Peluncuran Buku Visualisasi "Babad Pajajaran" di Perpustakaan Kota Bogor
Di hari Minggu yang cerah kemarin (23 Juni 2024), saya dan rekan saya yakni Akhmad Qurtubi kembali berkunjung ke Perpustakaan Kota Bogor untuk yang ke sekian kalinya. Jadi, dalam kesempatan kali ini, kami menghadiri agenda peluncuran buku visualisasi yang menurut saya dan tentunya banyak orang adalah sangat menarik, penuh warna dan berbeda dari yang lainnya. Mengapa berbeda? Sebab, tema utama yang diusung di dalamnya adalah salah satu bagian dari Kerajaan Sunda di fase Pakuan Pajajaran yang legendaris. Acara peluncuran buku ini diberi nama “Babad Pajajaran; Rempah, Konflik dan Prasasti” yang diterbitkan secara mandiri dengan difasilitasi oleh Tangtu Institute di auditorium Perpustakaan Kota Bogor.
Bukan hal yang
mudah untuk mengangkat sedikit saja tentang sejarah Pakuan Pajajaran menjadi
sebuah buku visualisasi penuh warna yang ternyata tidak membosankan. Terutama
sumber sejarah yang terkait dengan eksistensi kerajaan yang satu ini bisa
dikatakan tidak sebanyak kerajaan-kerajaan besar lain yang sezaman dengannya.
Padahal nama besar Prabu Siliwangi dan Pakuan Pajajaran terus bergulir tanpa
lekang oleh waktu. Di sini, MRCandiaz atau Candiaz dengan ketertarikannya pada
sejarah Bogor tergugah untuk mengemasnya menjadi sebuah karya yang dapat
dipahami dengan baik oleh semua tingkat usia.
Untuk menciptakan karya yang hebat, tentu ada saja kendalanya. Salah satu yang dihadapi oleh Candiaz adalah, seperti yang tadi disinggung di atas, adalah ketebatasan sumber dan data sejarah yang ada. Beberapa buku sejarah tentang Sunda yang salah satunya pernah disusun oleh Saleh Danasasmita memang sangat menarik, saya secara pribadi termasuk orang yang dengan mudah memahaminya. Namun rata-rata penelitian sejarah Sunda tidak berasal dari era 2000-an awal. Dengan perbedaan gaya penulisan di era yang berbeda, Candiaz berusaha merangkai setiap puzzle yang ‘berserakan’ lalu mencoba untuk memahami dan menafsirkannya. Walau dikatakan identik dengan anak-anak, konsepnya memang sangat menarik.
Setelah
melakukan riset dari berbagai sumber yang terbatas, Candiaz memulai dengan
membuat plot dan storyboard. Kemudian
melakukan penyempurnaan mulai dari sketsa kasar, mewarnai lalu dijadikan
ilustrasi. Sehingga mendapatkan gambaran yang diinginkan dan mendukung dengan
hasil riset yang telah didapatkan. Untuk mendapatkan penggambaran yang lebih
hidup, Candiaz melakukan riset tambahan dengan menonton berbagai macam film
yang menurutnya dapat menjadi referensi.
Dalam hal
menggambarkan suasana pelabuhan dan kapal, selain dari mencari dari literatur
sejarah yang sudah ada, film seperti
“Pirates of the Caribbean” menjadi daya tarik di mata Candiaz. Dia benar-benar
mendapatkan apa yang dibutuhkan untuk mendukung visualisasi bandar pelabuhan
Sunda Kalapa dan kapal-kapal yang berlabuh di sana. Mengenai ilustrasi Kota
Pakuan, Candiaz menggunakan berbagai contoh lanskap berdasarkan foto-foto dari
masa Hindia Belanda. Menambahkan unsur-unsur lain seperti motif pada bangunan
istana didapatkan dari daerah lain di Jawa Barat yang setelah ditelusuri
ternyata memiliki gaya yang tidak umum. Jenis arsitektur yang digunakan untuk
menggambarkan kemegahan istana Kerajaan Sunda di Pakuan adalah Julang Ngapak.
Selesai acara, kami dan para peserta lainnya menikmati hidangan welcome drink berupa camilan tradisional serta kopi dan teh yang menyenangkan.
Dalam
pemaparannya, Candiaz sendiri mengatakan bahwa proses pengerjaan karya ini
merupakan bentuk berkarya sekali seumur hidup. Banyak pertanyaan mengenai
bagaimana “Babad Pajajaran” akan digaungkan dan disebarluaskan ke seluruh
penjuru Kota Bogor, bahkan hingga ke seluruh wilayah Indonesia dan mancanegara.
Atau apa saja program jangka pendek dan jangka panjang yang menyertainya. Terlepas
bagaimana buku visualisasi ini akan diperkenalkan kepada masyarakat luas, kita
semua harus mengapresiasinya sebagai salah satu karya terbaik dari pemuda
Bogor.
Informasi: Dokumentasi yang ada dalam tulisan ini adalah milik dan bersumber dari Tangtu Institute.
Komentar
Posting Komentar