Si (Jajanan) Manis Grontol Jagung

-


Jajanan yang satu ini sangat familier di masa kecil saya, di mana hampir semua orang suka dan selalu menanti kedatangan penjualnya. Mudah ditemukan di mana saja bahkan di saat kita sedang duduk di teras rumah. Kebetulan ibu saya menggemari jajanan murah meriah dan enak ini. Sajian jagung dan cenil yang ditabur parutan kelapa dan gula pasir membuat makanan ini mendapat tempat tersendiri di hati masyarakat, terutama para orangtua. Orang biasa mengenalnya dengan sebutan “Grontol Jagung”.

Di era modern seperti sekarang ini tampaknya tidak mudah untuk menemukan jajanan yang satu ini. Kalaupun ada, satu atau dua penjual saja yang bisa ditemukan. Itu pun tidak setiap hari melintas di lingkungan sekitar. Tempat yang mungkin paling mudah untuk menemukan penjual grontol jagung adalah lingkungan sekolah dasar atau pasar (di beberapa pasar yang saya kunjungi sudah tidak dijumpai). Jika kita membeli dari penjualnya, biasanya ditawarkan apakah kita mau jagungnya saja atau ditambahkan bersama cenil (jajanan kenyal dari tapioka). Terkadang ketan hitam juga menjadi pelengkapnya.

Semakin banyaknya varian kuliner modern membuat grontol jagung sedikit demi sedikit hampir dilupakan. Adalah tanggung jawab kita sebagai generasi masa kini untuk tetap melestarikan kuliner tradisional. Tidak perlu merasa gengsi menikmatinya, bagaimanapun juga itulah yang dihasilkan oleh leluhur kita. Bahan makanan yang tampak sederhana pun bisa dibuat menjadi jajanan sederhana dan mengenyangkan seperti grontol jagung ini.

Kalau kalian tertarik membuatnya, resep di bawah ini bisa dicoba. Sebagai tambahan, takaran yang dicantumkan adalah untuk disajikan pada 6 orang:

Bahan
300 gram jagung pipil
1 sendok teh air kapur sirih
2000 ml air untuk merebus
2 sendok teh garam
2 lembar daun pandan

Pelengkap
25 gram gula pasir
150 gram kelapa parut panjang, dikukus
1 lembar daun pandan
½ sendok teh garam

Cara Membuat
1. Jagung yang dipipil direndam bersama air kapur sirih selama semalam. Setelah itu cuci lalu tiriskan.
2. Rebus air sampai mendidih. Masukkan pipilan jagung tadi bersama garam dan daun pandan (lihat bagian bahan). Biarkan sampai mekar dan matang. Kemudian angkat dan tiriskan.
3. Selanjutnya kita menyiapkan pelengkap. Kelapa parut dicampur dengan daun pandan dan garam. Semuanya dikukus selama 15 menit, lalu tiriskan.
4. Grontol jagung siap disajikan.


Sumber resep: parenting.orami.co.id

Komentar

  1. Fateh18 Juli 2019 pukul 15.50

    Salah satu jajanan yang hampir punah. yang jual semuanya udah mbah-mbah, apa jadinya nanti kalo mbah-mbah udah meninggal ya?
    Salam kenal, Kreta Amura

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Insan Permuseuman Ingin "Mengeluh" Tentang Program MBG (Makan Bergizi Gratis)

-
Gambar
Salah satu ruang tata pamer koleksi MUNASAIN Di era Museologi Baru, keberadaan museum tidak lagi sekadar tempat menyimpan warisan budaya benda dan tak benda. Museum telah menjadi sebuah rumah peradaban, media edukasi dan informasi hingga ruang kegiatan publik Bahkan tidak mustahil lagi jika museum menjadi salah satu acuan bagi pengembangan dan penelitian dalam ruang lingkup yang lebih beragam. Selama tidak bertentangan dengan visi dan misi museum, siapa saja berhak memanfaatkan semua yang tersedia di dalamnya. Termasuk menjadikannya sebagai pertimbangan hingga bagian dari program pemerintah. Di antaranya adalah MBG (Makan Bergizi Gratis).
Baca selengkapnya

Tonggak Sejarah Nusantara dari Pedalaman Mahakam

-
Gambar
Prasasti Yupa I aka Mulawarman I (D2 a) Sungai Mahakam adalah sungai besar yang berhulu di lima pegunungan, yaitu Pegunungan Kapuas Hulu, Kapuas Hilir, Schwaner, Muller, dan Iban. Sejak masa lampau sungai ini telah memiliki peran penting sebagai jalur lalu lintas dari hulu ke hilir, begitu pun sebaliknya. Di Desa Brubus, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kertanegara, Provinsi Kalimantan Timur telah ditemukan tujuh buah tiang batu yang mana pada ketujuhnya dipahatkan prasasti dalam aksara Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Ketujuhnya menjadi catatan penting tonggak awal zaman aksara di Indonesia. Ketujuh prasasti pada tiang batu inilah yang dikenal dengan sebutan “Yupa”. Disebut demikian sesuai dengan penyebutan yang tercantum dalam beberapa isi prasasti. Penamaan Prasasti Muara Kaman didasarkan pada tempat ditemukannya ketujuh tiang batu tersebut, yaitu di daerah Muara Kaman. Disebut pula dengan Prasasti Mulawarkan disebabkan karena prasasti ini dikeluarkan di masa p...
Baca selengkapnya

Tentang Fajar

-
Gambar
Halo, selamat datang di blog pribadi saya yang sederhana ini. Cukup sederhana untuk mengekspos tentang apa yang saya lakukan, meskipun tidak semuanya yang saya tampilkan dalam blog ini karena sebagiannya merupakan privasi. Saya menyukai dunia agama, budaya, misteri, dan sejarah. Karena empat hal ini adalah bagian dari hidup saya. Sebagai anak muda introvert multipolar (atau terserah kalian menyebutnya sebagai apa), tidak banyak yang ingin saya lakukan kecuali yang bermanfaat bagi diri saya pribadi dan orang lain. Menghabiskan akhir pekan ke museum, tempat teduh (seperti Kebun Raya Bogor), atau membeli buku bacaan baru yang menyenangkan seperti karya-karya sosok parodi Kakek Sugiono maupun versi aslinya yang aktor film dewasa Jepang yang tersohor itu berbau keempat hal tadi adalah sekian dari berbagai kegiatan yang saya lakukan.
Baca selengkapnya