Mendampingi Kegiatan "Bougainville Kids City Tour" di Kotatua Jakarta


Saya dan Abang Ahmad bersama peserta "Bougainvile Kids City Tour"

Stasiun Jakarta Kota, tempat saya dan Abang Ahmad menunggu kedatangan peserta tour


Saya mendapatkan pengalaman pertama kalinya menjadi pemandu untuk sebagian warga Karawaci Residence Blok B Tangerang yang mengikuti kegiatan Wisata Jelajah Budaya Kotatua “Bougainville Kids City Tour” yang diadakan tanggal 11 Juli kemarin, dengan fasilitator Ibu Linda dari Pusat Konservasi Cagar Budaya. Bersama Muhammad Sartono/Abang Ahmad (Sahabat Budaya Indonesia), kami menjemput para peserta tour di Stasiun Jakarta Kota pada pukul sepuluh pagi. Para peserta yang terdiri dari anak-anak usia sekolah dasar yang didampingi orangtua dan Kang Asep (saudara Ibu Linda) tampak antusias mengikuti kegiatan yang dipandu oleh kami berdua.



Abang Ahmad bercerita tentang sejarah singkat Stasiun Jakarta Kota


Setelah semuanya dikumpulkan di dekat layanan keamanan stasiun, Abang Ahmad memulai kegiatan dengan menceritakan sejarah singkat Stasiun Jakarta Kota atau yang dikenal dengan Stasiun Beos, mulai dari sejarah sampai tentang sebutannya yang berasal dari sebuah singkatan “Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij” (Maskapai Kereta Api Batavia Timur) atau menurut sumber lain adalah “Batavia en Omstreken” (Batavia dan sekitarnya). Stasiun yang diperkirakan telah dibangun pada tahun 1870 ini bangunannya dirancang seorang arsitek Belanda bernama Frans Johan Lowrens Ghijsels. Hein von Essen dan F. Stolts dengan bantuan beberapa rekan menciptakan perpaduan modern barat dan bentuk tradisional pada bangunannya.



Para peserta naik ke Transjakarta, saya dan Abang Ahmad
bergantian menyampaikan informasi tentang gedung-gedung bersejarah yang kami lewati

Carrefour yang berdiri di atas bekas Hotel Des Indes

Masjid Istiqlal, yang dibangun di atas bekas benteng Frederik Hendrik

Kami pun mengarahkan peserta untuk meninggalkan stasiun untuk kemudian menaiki bus Transjakarta dua tingkat yang sebelumnya sudah dihubungi untuk menjemput kami. Tempat pemberhentiannya ada di depan gedung BNI 46. Bus yang dinanti akhirnya datang. Para peserta menaiki bus dan langsung dikumpulkan lagi di bagian atas, di mana mereka bisa dengan leluasa menikmati pemandangan ke luar.

Sambil berjalan, dengan obrolan ringan dan menghibur serta pengalamannya berkarier, Abang Ahmad juga bercerita tentang beberapa bangunan yang dilewati. Mulai dari Jalan Gajah Mada yang dulu bernama Molenvliet, Masjid Istiqlal yang dibangun di atas bekas Benteng Frederik Hendrik, Monumen Nasional, Patung Arjuna, Balaikota DKI Jakarta, Patung M.H. Thamrin, Museum Nasional yang dahulu lahir dari “Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen”, bekas Hotel Des Indes yang berubah menjadi Carrefour, dan kembali lagi ke titik awal di Kotatua Jakarta.

Peserta tour melihat sisa rel trem yang pernah digunakan di Batavia

Setelah turun dari Transjakarta, kami semua berkumpul di Lapangan Fatahillah yang berada tidak jauh dari Stasiun Jakarta Kota untuk melihat sisa rel trem dan Meriam Si Jagur lalu berfoto bersama dengan latar belakang bangunan Museum Sejarah Jakarta. Tepat pukul 11.30, peserta dibawa untuk mengunjungi Pusat Konservasi Cagar Budaya (PKCB). Para staf PKCB menyambut ramah kedatangan kami, memperkenalkan sedikit tentang PKCB dan kegiatan konservasi yang diadakan di lantai dua. Peserta juga berkesempatan melihat contoh konservasi yang dilakukan di laboratorium di lantai satu, mendengarkan pemaparan dari konservator PKCB secara langsung. Kegiatan dijeda dengan makan siang bersama dengan minum bir pletok.





Perkenalan peserta dengan Pusat Konservasi Cagar Budaya, Kotatua Jakarta

Karena keterbatasan waktu, sesi kunjungan terakhir hanya bisa dilakukan dengan mengunjungi salah satu museum di area Kotatua Jakarta. Museum Sejarah Jakarta yang dikepalai oleh Ibu Sri Kusumawati (kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta, yang juga menaungi Museum Taman Prasasti, Museum M.H. Thamrin dan Gedung Juang 45 Jakarta) ini dipilih sebagai lokasi tersebut. Selain karena menjadi ikon utama Kotatua Jakarta, museum ini adalah tempat yang menyimpan banyak peninggalan berkaitan dengan sejarah perkembangan dari masa Sunda Kelapa hingga Batavia berdiri.











Peserta tour di Museum Sejarah Jakarta. Karena terbatasnya waktu,
tidak sempat untuk mengunjungi koleksi lainnya di lantai dua

Begitu memasuki museum, kami disambut staf yang berada di dalam. Kami pun disediakan dua pemandu yang merupakan anak magang dari sekolah yang ada di Jakarta. Saya tidak sempat bertanya dari mana keduanya berasal karena lebih terfokuskan pada kegiatan kami. Kami dikumpulkan di halaman belakang museum. Pemandu museum membawa kami menelusuri patung Hermes dan penjara bawah tanah, lalu masuk ke bagian dalam untuk mengikuti pemaparan mulai dari masa Sunda Kalapa, berdirinya Jayakarta kemudian penghancuran Jayakarta yang mengawali pembangunan kota Batavia. Meski tampak awam, anak-anak yang kami pandu tampak senang menyimak penjelasan pemandu museum. Sesekali, saya dan Abang Ahmad membantu melengkapi penjelasan yang dirasa kurang mengena sehingga peserta kegiatan dapat memahami.

Kegiatan berakhir pada pukul 14.12 WIB. Sebelum berpisah kami berfoto bersama di halaman belakang museum. Selanjutnya saya dan Abang Ahmad mengantarkan para peserta kembali ke Stasiun Jakarta Kota. Sambil melepas keberangkatan mereka, saya berharap semoga kegiatan kali ini memberikan manfaat dan wawasan yang baik sehingga mau kembali mengunjungi Kotatua Jakarta untuk mengeksplorasi lebih banyak.


Dokumentasi Foto
































































































































Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Insan Permuseuman Ingin "Mengeluh" Tentang Program MBG (Makan Bergizi Gratis)

Tonggak Sejarah Nusantara dari Pedalaman Mahakam

Tentang Fajar