Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Ke Museum di Era Normal Baru? Yuk, Perhatikan Ini Dulu!

Gambar
Area dalam Museum Bahari, Jakarta Utara   Pandemi Covid-19 membuat setiap tempat memberlakukan protokol kesehatan guna memutus rantai penyebarannya. Kantor hingga tempat makan pun tidak ketinggalan menyediakan peralatan cuci tangan yang nantinya akan digunakan orang sebelum masuk. Berlaku pula untuk mereka yang mengunjungi museum. Sebelum memasuki masa PSBB Transisi, seluruh museum dan galeri yang ada di Jakarta ditutup sementara. Imbasnya, setiap kegiatan di museum terpaksa dihentikan sementara atau dialihkan secara daring. Begitu juga dengan kunjungan yang diganti dengan virtual tour .

Museum Dalam Harapan, Keinginan dan Gagasan Saya

Gambar
  Area terbuka di bagian tengah Museum Bank Mandiri (Kota Tua Jakarta) Oleh: Fajar Muhammad Rivai (Finalis Duta Museum DKI Jakarta 2019)   Menurut saya, museum adalah lembaga sekaligus tempat yang memiliki fungsi tidak hanya untuk menyelamatkan dan mengoleksi segala bentuk rekam jejak, tinggalan seni dan budaya serta teknologi yang dicapai oleh peradaban manusia dari masa ke masa saja. Tetapi juga menyimpan, merawat dan memublikasikannya agar tidak hilang apalagi terlupakan di tengah perkembangan zaman yang semakin modern.  

Harapan Saya di Masa "New Normal"

Gambar
Selagi hari ini saya berada di lantai 19 Perpustakaan Nasional RI yang berada di selatan Monumen Nasional dan bersyukur mendapat akses Wi-Fi yang sangat bagus, Maka tulisan sederhana ini ada. Pandemi Covid-19 diikuti pemberlakuan pembatasan fisik dan sosial yang cukup panjang sebenarnya membuat saya sangat jenuh. Siapa yang tidak merasakan itu? Saya pikir semua orang pun sepakat dengan saya. Berdiam diri di rumah dengan pemasukan yang sangat minim. Tetapi demi kesehatan yang harus dijaga dan bisa survive , mau tidak mau harus tetap mengikutinya. Belum lagi "drama" bantuan sosial yang dikurangi atau salah sasaran yang mulai ramai di pemberitaan. Bahkan di media sosial saya masih bisa menemukan berita serupa.

Kenalkan, Ini Bang Rudiyant....

Gambar
  Saya bersama Bang Rudiyant di Museum Sejarah Jakarta, 2019 Setiap orang punya sosok inspirasi yang membuatnya maju dan bersemangat. Itu juga yang saya rasakan. Ada banyak orang yang menjadi inspirasi dan mereka sudah memulai kesuksesan dalam bidang masing-masing sebelum saya merintisnya di masa sekarang. Entah itu mereka sebagai guru, dosen dan lain sebagainya. Saya mendapatkan banyak pelajaran melalui peran langsung dan tidak langsung yang mereka lakukan. Salah satunya adalah sosok yang saya ceritakan ini. Saya dan rekan-rekan memanggil beliau dengan sapaan khas, ‘Bang Rudiyant’. Beliau adalah seorang novelis, wirausaha dan petualang yang hebat di mata saya. Bang Rudiyant juga pernah bermain dalam beberapa film di antaranya “Air Terjun Bukit Perawan” yang mana film tersebut diangkat dari salah satu novel karya beliau sendiri.

Novel "Unforgiven": Ketika Rumah Menyimpan Cerita Kelam Masa Lalu

Gambar
Tampilan depan novel "Unforgiven" Rumah adalah tempat yang nyaman. Tempat kita berteduh dari hujan dan panas. Di rumah pula kita dapat beristirahat dan melepas penat dari rutinitas di dunia luar. Banyak pula orang yang menghabiskan waktu di rumah melakukan berbagai hal yang menyenangkan dan mudah. Namun, pernahkah kamu mendapatkan cerita tentang riwayat rumahmu jika rumah itu sudah berdiri sudah lama sebelum kamu lahir dan tempati? Bagaimana jika di sana menyimpan cerita kelam yang pernah terjadi di masa lalu?

Nasi Untuk Serdadu di Hindia Timur

Gambar
Para serdadu KNIL di geladak sebuah kapal, 1910 (Tropenmuseum) Umumnya, ketika mendengar kisah tentang perjuangan kemerdekaan Indonesia banyak dari kita membayangkan pasukan kolonial makan enak dengan roti, keju, susu dan makanan Eropa lainnya. Namun, ternyata semua itu tidak selalu menjadi santapan sehari-hari. Sama halnya dengan penduduk sipil Eropa yang menikmati aneka sajian lengkap Rijstaffel, mereka yang menjadi tentara juga merasakan makanan yang kurang lebih sama. Nasi juga menjadi menu yang dinikmati setiap hari.